Pertumbuhan Ekonomi: Pengertian dan Teori |
Meskipun demikian, teori ini tidak selalu berlaku universal, karena penjelasan tersebut hanya mencerminkan pandangan dari teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith. Berbagai tokoh lainnya juga memiliki pandangan dan teori sendiri terkait pertumbuhan ekonomi, sehingga penting untuk menyimak berbagai perspektif dalam memahami materi ekonomi ini.
Baca Juga: Pengertian Media Pembelajaran dan Jenisnya
Pertumbuhan ekonomi adalah evolusi berkelanjutan dalam kondisi perekonomian suatu negara, menuju perbaikan secara bertahap dalam periode waktu tertentu. Definisi ini juga mencakup peningkatan pendapatan nasional sebagai hasil dari kenaikan kapasitas produksi ekonomi. Simon Kuznets, seorang ahli ekonomi, mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi ketika suatu negara dapat meningkatkan output ekonomi melalui kemajuan teknologi dan penyesuaian ideologi negara.
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara tercermin dalam pertumbuhan ekonomi, yang juga menjadi indikator kemajuan dalam kehidupan masyarakatnya. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan peningkatan produksi berbagai barang dan jasa di wilayah perekonomian dalam rentang waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi, maka peningkatan output wilayah tersebut akan berlangsung lebih cepat, menghasilkan prospek perkembangan yang lebih baik bagi suatu wilayah.
Baca Juga: Berikut 14 Daftar Jurusan Tidak Ada Matematika
Teori pertumbuhan ekonomi pada awalnya dikembangkan berdasarkan pengalaman empiris para ahli ekonomi. Teori-teori ini menjadi dasar untuk merumuskan dan menerapkan kebijakan ekonomi di berbagai negara. Beberapa teori yang diusulkan oleh para ahli untuk menggambarkan konsep pertumbuhan ekonomi suatu negara antara lain sebagai berikut.
Teori klasik adalah pandangan ekonomi yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Adam Smith dan David Ricardo.
Teori Adam Smith
Adam Smith, melalui karyanya "An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations," menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh pertambahan penduduk. Menurut pandangannya, peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan output atau hasil produksi ekonomi.
Teori David Ricardo
David Ricardo, melalui bukunya "The Principles of Political Economy and Taxation," menyajikan teorinya bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang meningkat hingga mencapai dua kali lipat.
Menurut teori Ricardo, pertumbuhan jumlah penduduk dapat menghasilkan kelimpahan tenaga kerja. Kelebihan tenaga kerja ini dapat menurunkan tingkat upah. Dampaknya adalah upah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, sehingga perekonomian dapat mengalami stagnasi atau mencapai keadaan yang tidak berkembang (stationary state).
Teori neoklasik ekonomi diperkenalkan oleh para ahli ekonomi yang mengikuti aliran neoklasik. Beberapa tokohnya meliputi Joseph Schumpeter, Robert M. Solow, dan Harrod Domar.
Teori Joseph Schumpeter
Joseph Schumpeter, seorang tokoh ahli ekonomi neoklasik, mengemukakan teorinya bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara terjadi melalui inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut pandangannya, para pengusaha yang mampu menciptakan kombinasi baru dalam investasi atau proses produksi akan menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi.
Teori Robert M. Solow
Menurut teori yang dikemukakan oleh Robert Solow, seorang ahli ekonomi neoklasik, pertumbuhan ekonomi adalah hasil dari kegiatan yang berasal dari manusia, akumulasi modal, penggunaan teknologi modern, dan output. Solow menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dapat memiliki dampak positif dan negatif. Oleh karena itu, peningkatan jumlah penduduk sebaiknya dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Teori Harrod Domar
Benar, Harrod Domar, seorang ahli ekonomi neoklasik, mengembangkan teori yang menekankan pentingnya penggunaan efektif modal anggaran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam kerangka teorinya, Harrod juga mengulas tentang pendapatan nasional dan peluang kerja, menggarisbawahi hubungan antara penggunaan modal dan dampaknya terhadap aspek-aspek ekonomi kunci tersebut.
Teori Friederich List
Teori yang dikemukakan oleh Friedrich List menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur melalui perkembangan teknik produksinya sebagai sumber kehidupan. Tahapan-tahapan tersebut mencakup:
1. Masa berburu dan mengembara,
2. Masa berternak dan bertani,
3. Masa bertani dan kerajinan, serta
4. Masa industri dan perdagangan.
Teori Bruno Hildebrand
Bruno Hildebrand, melalui teorinya, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari cara pertukaran atau perdagangan yang digunakan dalam masyarakatnya. Tahapannya mencakup:
1. Masa pertukaran dengan barter (natura),
2. Masa pertukaran dengan uang, dan
3. Masa pertukaran dengan kredit.
Teori Karl Bucher
Teori Warner Sombart
Tepat, dalam teori Warner Sombart, pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari perspektif sejarah dan perkembangannya dari zaman ke zaman. Sombart mengambil pendekatan historis untuk menganalisis bagaimana ekonomi suatu negara berkembang melalui perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Pengertian Interaksi Sosial, Ciri Ciri Hingga Persyaratannya
Pada masa kerajinan dan pertukangan, kebutuhan manusia meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif karena perkembangan zaman. Dengan meningkatnya kebutuhan, individu tidak dapat memenuhinya sendiri, sehingga muncul pembagian kerja berdasarkan keahlian. Pembagian kerja inilah yang memicu pertukaran barang dan jasa, walaupun pada masa ini pertukaran tersebut belum bertujuan mencari keuntungan, melainkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Pada Zaman Kapitalis, benih-benih kapitalisme mulai muncul, dan kaum kapitalis menguasai organisasi perekonomian. Tahapannya terbagi menjadi beberapa masa:
Teori pertumbuhan ekonomi-modern oleh Walt Whitman Rostow, yang dijelaskan dalam bukunya "The Stages of Economic Growth," mengidentifikasi 5 tahapan pertumbuhan ekonomi modern:
Melalui tahap ini, negara mencapai tingkat konsumsi tinggi dan pendapatan nasional yang memadai. Ini mencerminkan kedewasaan perekonomian yang mampu menyediakan lapangan kerja penuh dan memenuhi tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi.